PHK secara sepihak tersebut, disampaikan oleh pihak pengelolah perusahaan itu di depan ribuan karyawannya pada Jumat (16/5) pagi, sekitar pukul 09.00 Wib. Sebelumnya, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu yang dilakukan oleh pihak managemen kepada para karyawan.
Informasi yang berhasil dihimpun media ini dilokasi pabrik, pagi itu seluruh karayawan disuruh masuk dengan tetap memakai seragam resmi dari pihak perusahaan tersebut. Ketika seluruh karyawan ada di dalam lokasi pabrik, tiba-tiba ribuan karyawan dilarang masuk ruang produksi melainkan masuk pada aula pertemuan yang bersebelahan dengan tempat produksi.
Kemudian, satu persatu karyawan mendapat selebaran pengumuman yang antara lain berisikan tentang pemutusan hubungan kerja. Dijelaskan pula pada surat selebaran itu, bahwa sejak tanggal 16 Mei 2014 perusahaan tidak produksi lagi. Namun, pihak perusahaan akan membayar upah sampai tanggal 31 Mei 2014.
Sayangnya, saat itu karyawan tidak diberitahukan penyebab pasti kenapa perusahaan rokok itu tidak produksi lagi. Bahkan, pihak pengelola dari perusahaan enggan menjelaskan tentang penonaktifan kepada 4 ribu karyawan lebih yang sudah bekerja hampir 2 tahun.
“Tadi kami hanya diberitahu jika mulai hari ini pabrik akan tutup dan seluruh karyawan diberhentikan Pak,” terang Sulis (34), mewakili teman-temannya yang lain. Mereka sangat menyayangkan sikap perusahaan yang tidak memberitahukan PHK tersebut terlebih dahulu.
Diakui pula, semenjak dirinya diangkat menjadi karyawan pada pabrik itu
, dirinya sebagai tulang punggung keluarga. Apalagi, kedua orang tuanya sudah lanjut usia dan tenaganya tidak kuat lagi. “Kalau saya sekarang diberhentikan, bagaimana nasib kedua orang tua saya Pak,” ungkap Sulis sambil sesekali meneteskan air mata.
Ungkapan yang sama juga disampaikan Hana (35), asal Desa Wonorejo Kecamatan Kedungjajang. Ia menambahkan, semenjak dirinya diangkat menjadi karyawan pabrik rokok tersebut. Dirinya menyuruh anak perempuannya untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Dengan adanya PHK besar-besaran seperti ini, dipastikan ia tidak bisa membayar biaya sekolah anaknya.
“Dari mana saya harus mendapatkan biaya untuk sekolah anak saya Pak. Sedangkan penghasilan suami saya hanya cukup dibuat makan,” ujar Hana. Dijelaskan pula, banyak dari teman-temannya yang mengaku bingung karena setiap bulannya harus membayar kreditan alat rumah tangga termasuk kreditan sepeda motor.
Herannya, aksi PHK besar-besaran itu seolah-olah tidak mau diberitakan oleh media. Bahkan ketika beberapa wartawan yang mencoba masuk untuk bertemu dengan pihak pengelola, langsung diusir dan disuruh keluar oleh Satpam.
“Maaf Mas, pihak perusahaan keberatan untuk diberitakan. Jadi saya mohon, Mas-mas wartawan keluar saja,” pinta salah satu Satpam kepada sejumlah wartawan. Apapun itu, PHK besar-besaran yang dilakukan secara sepihak oleh pihak PT. HM Sampoerna, harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
sumber : www.wartalumajang.com
No comments:
Post a Comment