Putus Asa Si Caleg

oleh : Rifky Ardhiyansyah

Kasihan mungkin kata yang pas untuk menggambarkan banyaknya caleg yang stres dan frustasi lantaran gagal menggapai impian menjadi legislator. Ada yang mati mendadak karena serangan jantung, dan ada pula yang melampiaskan kekecewaannya dengan meminta kembali barang-barang yang telah disumbangkan ke majelis taklim lantaran suaranya tak sesuai harapan.

Pemandangan lain terlihat di beberapa RSJ yang sudah menanti dan siap menampung para caleg yang mengalami goncangan mental yang hebat. Ya, para caleg tersebut memang lebih siap menjadi pemenang, tapi tidak siap kalah. Akibatnya, setelah mereka kalah, stres-lah yang mesti di tanggung.

Yang tersisa adalah rasa penyesalan teramat dalam karena merasa sudah berkorban habis-habisan secara materi -tidak jarang menjual tanah dan berhutang- tetapi pengorbanan tersebut musnah begitu saja.


Begitulah penyesalan, selalu datang belakangan. Seseorang baru tersadar dari mimpi indahnya setelah semuanya terjadi. Mata orang baru terbelalak bahwa bermimpi untuk mendapatkan kekuasaan akan menyisakan penderitaan batin yang luar biasa jika harapan itu gagal diraihnya. Orang berharap bisa mendulang banyak suara secara instan dan sukses mendapatkan kursi tanpa berjuang sebelumnya, tanpa berbuat banyak terlebih dahulu untuk masyarakat.


Padahal sejatinya, dalam agama dijelaskan bahwa jabatan bukanlah sesuatu yang mesti dikejar, melainkan amanah yang mesti diemban dan akan dipertanggungjawabkan, tidak hanya sesamanya di dunia, tetapi juga kepada Sang Pencipta. Kalau mdal dasar itu sudah tertanam di dalam diri, mungkin orang sadar bahwa semuanya akan dikembalikan kepada Allah SWT.

Menang atau kalah dalam suatu kompetisi adalah hal lumrah yang harus disadari betul.
Kemenangan tidak perlu membuat seseorang merasa tinggi hati dan sombong, melainkan beban berat yang mesti dipikul untuk kemaslahatan umat. Di benaknya seharusnya bukan ambisi pribadi untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan sebelum pemilu, tetapi karya apa saja yang akan diberikannya kepada masyarakat sebagai pertanggungjawab moral.

Kekalahan bagi orang yang berjiwa besar tentu tak membuatnya berkecil hati, larut dalam penyesalan, putus asa apalagi stres berat. Allah pasti punya maksud lain yang lebih baik di balik kekalahan tersebut.

Allah SWT. mengingatkan kita agar jangan mudah berputus asa bila harapan belum tergapai (QS.Yusuf :87). Sebaliknya, agama memotivasi kita agar berjiwa besar, jangan larut dalam kesedihan berkepanjangan, bersabar, serta menghadapi hidup dengan senyum.

No comments:

Post a Comment